Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 11 November 2015
Keb 6:1-11
Mzm 82:3-4,6-7
Luk 17:11-19
SATU DARI SEPULUH
Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? – Luk 17:18
Survei membuktikan bahwa hanya satu dari sepuluh orang mengucap syukur setelah mendapat berkat dari Tuhan. Sepertinya itulah yang tergambar jelas dari perikop Injil yang kita baca hari ini. Memang, setelah menerima berkat, lebih banyak orang yang melupakan Sang Pemberi daripada mengingatnya. Namun bila ditelaah lebih dalam, mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Dalam kisah hari ini, penginjil menuliskan bahwa satu orang yang kembali kepada Yesus adalah orang Samaria. Orang Samaria adalah masyarakat kelas dua dalam kehidupan Bangsa Yahudi jaman itu. Bahkan bisa dikatakan mereka dianggap tidak layak karena tidak berdarah murni. Tetapi, justru orang seperti inilah yang lebih mudah mengucap syukur kepada Tuhan. Karena ia menganggap dirinya tidak layak, maka ketika ia menerima berkat, sukacitanya bahkan menjadi berkali lipat. Itulah yang membuatnya dengan mudah mengucap syukur.
Dalam banyak hal, kita mungkin merasa layak mendapatkan apa yang kita terima karena semua itu merupakan kerja keras kita sendiri. Jika demikian, kita telah melupakan Sang Pemberi berkat.
Teman, ingatlah doa yang selalu kita ucapkan sebelum menyambut tubuh Kristus, “Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.” Doa ini mengingatkan kita pada Sang Pemberi. Dan tak ada satupun hal di dunia ini yang kita dapatkan karena kita layak, karena semuanya adalah kasih karunia Tuhan. Jadilah seperti orang Samaria yang tak lupa mengucap syukur, maka iman kita akan menyelamatkan kita. (Hd)
Berkat apa yang telah saya terima dari Tuhan? Sudahkah saya mengucap syukur atasnya?
No responses yet