Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Selasa, 21 Mei 2024

Yak 4:1-10

Mzm 55:7-11,23

Mrk 9:30-37

Asumsi

Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya. – Mrk 9:32

Ada sebuah peribahasa malu bertanya sesat di jalan. Setujukah anda dengan peribahasa tersebut? Saya pribadi merasa setuju. Saat kita tidak mengerti akan suatu hal tapi enggan untuk bertanya dan malah mengambil kesimpulan sendiri, akibatnya kita malah “tersesat”. Tersesat di sini bisa jadi kita menjadi salah paham dengan orang yang berbicara dengan kita.

Topik tentang “tersesat” ini membawa ingatan saya pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Saat itu, saya membuat janji dengan seorang teman untuk pergi berenang. Kami berkomunikasi melalui fitur chatting di Whatsapp. Saat itu, saya menyimpulkan kalau teman saya sudah berangkat untuk menjemput saya, namun setelah saya menunggu hampir 1 jam, saya mendapati bahwa ternyata dia belum berangkat untuk menjemput saya karena teman saya berasumsi bahwa saya akan memberitahu dia bahwa saya sudah siap untuk dijemput baru dia akan berangkat untuk menjemput saya.

Bukankah kejadian di atas sangat sepele? Namun, karena tidak ada satupun dari kami yang berinisiatif untuk bertanya justru membawa masing-masing dari kami untuk membuat asumsi dan kesimpulan yang berbeda satu sama lain dan pada akhirnya kami menjadi salah paham dan bertengkar. Terkadang apa yang menurut kita sepele bisa memberikan dampak yang besar di luar perkiraan kita. Kejadian di hari itu memberikan saya sebuah pelajaran berharga untuk mau bertanya agar mendapatkan jawaban yang jelas bukan sekedar asumsi yang saya buat sendiri.(Me).

Apakah saya masih suka membuat asumsi sendiri?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *