Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Sabtu, 2 Agustus 2025

Im 25:1,8-17

Mzm 67:2-3,5,7-8

Mat 14:1-12

Mulutmu Harimaumu

” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.” – Mat 14:9

Saat saya membaca Bacaan Injil hari ini, saya kembali teringat masa SMA saya, masa di mana emosi saya masih tidak stabil. Saat itu saya tinggal di kost dan mendengar suatu perkataan yang kurang menyenangkan dari asisten rumah tangga yang tinggal di sana. Ia mengatakan bahwa puasa orang Katolik itu tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa orang muslim. Saat saya mendengar ucapannya, hati saya langsung merasa kesal. Kebetulan saat itu merupakan bulan Ramadhan, jadi saya langsung merasa tertantang untuk membuktikan bahwa saya juga sanggup untuk melakukan puasa orang muslim. Saya memang berhasil melakukan puasa tersebut dan menunjukan pada asisten rumah tangga itu kalau saya bisa, tapi dalam prosesnya saya berulangkali menggerutu. Tidak ada rasa damai dan sukacita saat saya melakukannya karena yang menjadi motivasi saya adalah untuk memberi makan ego saya. Jika dipikir sekarang, betapa bodoh dan konyolnya tindakan saya saat itu.

Setiap kali saya membaca perikop Injil hari ini, saya selalu melihat betapa konyolnya raja Herodes yang termakan ucapannya sendiri. Ucapan yang dia lontarkan saat dia merasa sangat bahagia itu membuatnya melakukan dosa. Ia membunuh orang yang sesungguhnya tidak ingin dia bunuh. Namun, demi gengsi karena dia tak mungkin menarik ucapannya, dia pun harus memenggal Yohanes Pembaptis. Kejadian itu mirip dengan apa yang saya alami saat SMA. Hanya saja beda kondisi, saya melakukannya dalam kondisi marah, sementara raja Herodes melakukannya dalam kondisi hati yang gembira.

Memang saat emosi kita sedang tinggi, entah karena sedih, senang, marah, ataupun jatuh cinta, kita sering larut di dalamnya sehingga terkadang membuat kita kurang bijak dalam mengambil keputusan ataupun berkata-kata.

Melalui Injil hari ini, saya merasa kembali diingatkan bahwa untuk berlaku baik, teratur, tepat dan berkenan di hadapan Allah, kita harus senantiasa mengandalkan Roh Kudus. Apakah kita selalu ingat untuk memohon pada Roh Kudus untuk membimbing kita? (AS).

Roh Kudus, sertai dan kuasai aku dalam setiap tindakanku.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *