Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 14 Januari 2017
Ibr 4:12-16
Mzm 19:8-10,15
Mrk 2:13-17
MENGHAMPIRI KASIH KARUNIA
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. – Ibr 4:16
Kasih karunia memiliki dua arti. Pertama, kebaikan Allah yang tanpa pamrih – “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Ef 2:8). Kedua, kekuatan Allah yang memberi kemampuan – “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” (Ef 1:5-6).
Pada awal tahun, saya punya komitmen untuk menjadi anak Allah yang lebih baik dari sebelumnya. Saya ingin menjadi pribadi yang pemaaf dan mudah mengampuni. Tapi, hal ini tidak mudah karena saya masih teringat seorang yang begitu membenci saya.
Sebagai karyawan baru yang dipercaya oleh pimpinan untuk mengelola perusahaannya, saya berusaha menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Saya berusaha bersikap adil dan bijak dalam mengambil keputusan. Namun seorang rekan kerja merasa terusik dan merasa wewenangnya dilanggar oleh saya. Saya berusaha menjelaskan, namun hal itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Saya sungguh tergoda untuk marah dan menceritakan hal tersebut kepada pimpinan, tapi saya teringat komitmen saya untuk menjadi orang yang lebih baik dan mudah memaafkan.
Akhirnya, saya memilih untuk lebih mendekatkan diri dan menghampiri tahta kasih karunia Allah dengan mengikuti misa harian. Di dalam misa, saya berdoa agar Allah mencurahkan segala berkat dan kemurahan-Nya kepada rekan tersebut. Saya percaya, Allah Yang Maha Rahim pasti memberi saya kesanggupan untuk mengasihi dan mengampuni orang lain. (Yo)
Masih adakah dendam dalam hati saya?
No responses yet