Matters of The Heart: HEART CHECK UP

Definisi “check up” adalah pemeriksaan pada sesuatu atau seseorang yang dilakukan secara rutin atau jika dibutuhkan. Di dalam Alkitab, ada banyak organ tubuh manusia yang dipakai untuk menggambarkan seseorang, tetapi yang paling sering dipakai adalah hati. Hati (our heart) adalah pusat segala perasaan dan emosional. Begitu pentingnya hati kita maka kita perlu menjaganya. Sama seperti tubuh jasmani kita yang perlu dijaga kesehatannya, kita pun perlu menjaga kesehatan hati kita. Cara untuk menjaga kesehatan hati kita adalah dengan melakukan “Spiritual Check Up”, atau dengan kata lain pemeriksaan akan kondisi dan kesehatan kehidupan rohani dan batin kita secara rutin.

Di dalam perjalanan hidup, kita tidak lepas dari permasalahan dan pergumulan yang sering membuat kita “spiritually ill” atau sakit secara rohani. Gejala-gejala orang yang sakit rohani adalah sering mengeluh, murung, penuh kekuatiran, sulit untuk mengampuni, egois, susah bersyukur akan berkat dan kasih Tuhan. Dengan sering melakukan “Spiritual Check Up”, kita akan lebih peka untuk mengenali hal-hal yang muncul ketika kita “spiritually ill”. Kita akan lebih mengenali diri kita sendiri, terutama kelemahan kita. Semakin sering kita lakukan ini, semakin kita tahu hal-hal apa yang membuat kita jatuh, lemah, atau menggoyahkan iman kita. Layaknya “medical history” yang dilakukan oleh dokter untuk mencatat riwayat kesehatan jasmani kita, kita pun bisa memakai pengalaman iman kita di masa lalu untuk mengenali apa yang baik untuk dilakukan saat gejala-gejala “spiritually ill” mulai timbul.

Pedoman yang sering kita dengar yaitu “lebih baik mencegah daripada mengobati” bisa diterapkan dalam menjaga kesehatan rohani kita juga. Jika kita terluka atau sakit namun tidak segera dirawat atau diobati, maka kondisi kita bukannya membaik tetapi akan semakin buruk. Demikian pula, sama halnya dengan luka dalam hati, jika hati terluka bahkan mungkin sering terluka, maka hati kita akan menjadi keras. Jika ini terjadi maka bisa dipastikan kita tidak akan bisa mendengar suara Tuhan. Luka dalam hati tidak bisa dibiarkan, sebaliknya harus segera diobati. Langkah-langkah untuk mengobati luka dalam hati adalah dengan menyediakan waktu, memberikan fokus/perhatian yang penuh, dan memerlukan keterbukaan, kejujuran dan ketulusan hati. Sama halnya jika kita membuat appointment dengan dokter, kita perlu menyediakan waktu untuk bertemu dengan “Sang Dokter” yaitu Tuhan sendiri.

Selain itu, diperlukan pikiran yang diarahkan secara total kepada Tuhan. Segala distractions seperti mobile phones membuat kita tidak bisa fokus mencari Dia. Saat berada di hadapan Tuhan, kita tidak perlu menutup-nutupi apapun sebab Tuhan mengetahui isi hati kita. Keterbukaan, kejujuran, dan ketulusan hati sangatlah penting untuk pemulihan rohani kita. Sesungguhnya Tuhan tidak ingin kita berpura-pura saat berdoa. Jujurlah di hadapan Tuhan dan katakan perasaanmu kepada-Nya. Layaknya Ayub dan Daud yang meneriakkan isi hati dan keluh kesah mereka kepada Tuhan di dalam doa-doa mereka, Tuhan pun mau kita melimpahkan isi hati kita kepada-Nya. Namun perlu diingat, tidak hanya keluh kesah saja tetapi perlu disertai dengan rasa syukur akan kebaikan dan karya Tuhan dalam hidup kita. Dengan belajar mensyukuri segala hal, kita sebenarnya menjaga kesehatan hati kita.

Tanda-tanda orang yang “spiritually healthy” atau sehat rohani adalah mempunyai iman yang teguh dan kepercayaan yg penuh akan janji Tuhan, memiliki sukacita dan damai, selalu terlibat untuk melayani Tuhan, mau mengampuni sesama, punya kesadaran bahwa Tuhan selalu menyertai hidup kita, dan bisa merasakan serta mengalami Firman Tuhan di dalam hidup sehari-hari.

Injil Matius 22:37 memberikan petunjuk bagaimana kita dapat memeriksa batin kita dan bagaimana kita seharusnya mengasihi Tuhan dan sesama. Mengasihi Tuhan dengan segenap HATI (perasaan, affection); dengan segenap JIWA (kesetiaan, devosion); dengan segenap AKAL BUDI (kesadaran kita untuk mengikut-sertakan Tuhan dalam keputusan-keputusan kita); dan dengan segenap KEKUATAN (pengakuan kita bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber kekuatan kita, the center of our life); dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Mungkin akan menjadi awal yang baik apabila kita belajar untuk menemukan hal yang baik dalam diri sesama kita.

Semua ini bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat agar kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati.

(Try Sulysto, summarised by Felicia Novana)

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *