Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 2 Juli 2024
Am 3:1-8; 4:11-12
Mzm 5:5-8
Mat 8:23-27
Mengapa Kita Takut?
Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?”… – Mat 8:26
Mungkin kita berpikir bahwa berani adalah lawan kata dari takut. Tapi jika kita mencoba untuk mencari makna yang lebih dalam, maka kita akan menemukan bahwa kasih adalah lawan kata dari takut.
Para murid merasa takut saat badai karena mereka tidak tinggal dalam kasih Tuhan. Mereka tidak percaya bahwa Allah (yang adalah Kasih) sanggup menopang mereka.
Kita merasa takut karena kita tidak tinggal dalam kasih Allah. Semakin kita merasa takut, kita semakin merasa tidak aman, penuh kekuatiran dan kita semakin jauh dari kasih Allah. Ketakutan menghilangkan kasih dan segala hal yang positif serta menebar segala kenegatifan. Ketakutan membunuh kasih yang ada di dalam hati kita dan akhirnya kita cenderung untuk menempatkan hal eksternal demi menutupi ketakutan kita.
Kasih tidak memiliki ekspektasi tetapi ketakutan timbul karena kita penuh dengan berbagai macam ekspektasi. Dengan rasa takut, kita melakukan sesuatu untuk menutupi ketakutan kita dan berharap orang lain akan melakukannya juga. Itulah sebabnya rasa takut itu menyakitkan karena kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, namun kasih tidak menyakitkan karena saat kita mengasihi kita tidak menuntut orang lain untuk memenuhi ekspektasi kita.
Apakah kita mau memilih tinggal di dalam kasih yang melenyapkan ketakutan? Atau tinggal di dalam ketakutan yang menghalau kasih?
Kita yang punya pilihannya. (Aw)
Apakah aku sudah tinggal di dalam kasih-Nya?
No responses yet