Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 4 Oktober 2024
St. Fransiskus dr Assisi
Ayb 38:1,12-21; 39:36-38
Mzm 139:1-3,7-10,13-14
Luk 10:13-16
Bertobat dari Kemarahan
“… jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.” – Luk 10:13
Beberapa bulan lalu, saya sangat marah atas kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Kemarahan itu membuat saya berpikir untuk mencelakakannya. Ingin sekali membalas dan menyakitinya. Pikiran itu begitu menguasai sehingga saya tidak bisa berfokus pada hal lain. Saya pun pergi retret untuk menenangkan diri. Dalam sesi Lectio Divina, Ia mengingatkan saya, “Apakah saya mau terus mengikuti kemarahan itu atau mau mengikuti-Nya?”. Saya menjawab, “Saya mau ikut Tuhan, bukan kemarahan.”
Dari situ saya menjadi sadar; saat marah, saya tidak bisa berpikir dengan jernih, sudut pandang saya juga menjadi sangat sempit. Saya bersyukur Ia menyadarkan saya untuk tidak mengikuti kemarahan itu. Saya pun bertobat dan mengaku dosa, serta semakin sadar bahwa kemarahan justru menghancurkan diri saya sendiri. Saya kembali merasakan kedamaian, mukjizat juga terjadi. Beban saya terasa ringan. Pikiran pun lebih jernih. Marilah bertobat dari kemarahan. Fokuskan diri pada sesuatu yang baik. Mengikuti Tuhan bukan berarti tidak boleh marah, tetapi tidak boleh berkepanjangan sehingga mengalihkan fokus kita dari-Nya. (Aw).
Apakah aku sudah bertobat dari kemarahan yang berkepanjangan?
No responses yet