Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 09 Maret 2024
Hos 6:1-6
Mzm 51:3-4,18-21
Luk 18:9-14
Tuhan Kasihanilah Aku
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. – Luk 18:13
Tidak seperti orang farisi yang memegahkan diri dan merasa tidak berdosa, pemungut cukai tahu dan sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa, karena itu ia meminta belas kasihan dari Tuhan. Seruan pemungut cukai kepada Tuhan setidaknya mengandung beberapa makna: pengakuan bahwa hanya Allah yang sempurna dan mampu mengampuni dosa, kainginan untuk memperbaiki relasi dengan Tuhan, dan meminta belas kasih Tuhan bagi dirinya.
Seruan pemungut cukai ini menjadi doa batin para rahib gereja timur dan spiritualitas para karmelit yang berbunyi: Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang berdosa ini. Atau jika disingkat menjadi: Tuhan Yesus, kasihanilah aku. Atau bahkan lebih disingkat lagi menjadi doa batin dengan meresapi nama Yesus.
Di dalam hidup ini, kita tidak boleh bersikap seperti orang Farisi yang merasa tidak punya salah. Karena faktanya tidak ada orang yang selalu benar. Kecenderungan untuk berdosa selalu menggoda dan membuat kita lupa kepada Tuhan.
Dengan batin yang menyerukan nama Yesus tanpa henti, kita akan ingat akan Dia dan selalu berusaha menjauhi dosa, karena nama Yesus punya kuasa. Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku orang berdosa ini. (Aw).
Apakah aku sudah menyadari kuasa Tuhan dalam hidupku?
No responses yet