Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 01 Oktober 2017
Yeh 18:25-28
Mzm 25:4-9
Flp 2:1-11
Met 21:28-32
KEMBALI
Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. – Mat 21:30
Kita memang tidak bisa melihat wujud nyata Tuhan di dunia ini secara kasat mata, namun kita dapat merasakan kehadiran-Nya lewat orang-orang di sekitar kita. Terutama lewat para senior rohani kita yang dengan tekun membimbing kita untuk semakin dekat dengan-Nya.
Namun, ada kalanya mereka mengecewakan kita. Ada kalanya mereka tidak melakukan apa yang mereka serukan di atas mimbar dengan penuh semangat, dan saat kita mengetahui hal ini, kita menjadi kecewa dan patah semangat. Yang lebih parah lagi, kita malah melampiaskan kekecewaan kita kepada Tuhan dan menyamakan-Nya dengan mereka.
Saya pernah mengalaminya, dan hal itu membuat saya menjauh dari Tuhan. Hingga suatu hari, lewat berbagai pengalaman hidup saya, Tuhan menyentuh hati saya kembali dan membuat saya sadar bahwa Dia tidak sama dengan mereka. Mereka hanyalah manusia biasa dan mereka mengasihi Tuhan dengan keberadaan mereka yang tidak sempurna. Namun Tuhan mengasihi kita dengan kasih-Nya yang sempurna. Maka tidak adil bila saya menyamakan-nya dengan mereka.
Tuhan selalu membuktikan kesetiaan-Nya kepada saya, lagi, dan lagi, dan lagi. Dia tidak pernah gagal. Saya menyesal dan kembali kepada-Nya, serta berusaha untuk mengasihi-Nya dengan segenap ketidaksempurnaan saya. (Hd)
Apakah saya pernah merasa kecewa kepada Tuhan?
Maukah saya kembali kepada-Nya?
No responses yet