Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 10 Februari 2016

Yl 2:12-18
Mzm 51:3-6,12-14,17
2Kor 5:20 – 6:2
Mat 6:1-6,16-18‎

Rabu Abu

HAUS DAN LAPAR AKAN TUHAN

Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik.. – Mat 6:17-18

Bagi sebagian orang, berpuasa bukan hal yang mudah. Ada juga yang menganggap puasa kurang penting sehingga sering berkompromi dengan berbagai dalih untuk tidak melakukannya, contoh: yang terpenting adalah melakukan hal-hal yang baik dan tidak merugikan orang lain itu sudah cukup.

Setiap kali saya melakukan puasa, terlebih ketika dalam persiapan pelayanan, ada perbedaan yang saya rasakan. Pengalaman bersama Tuhan sungguh saya alami. Ada perasaan lebih tenang dan percaya diri, saya merasakan begitu dekat dengan Tuhan dan sungguh dapat mempercayakan hidup atau apa yang hendak saya lakukan dengan sepenuh hati kepada Tuhan. Seringkali, tanpa saya sadari, gunung persoalan yang sedang saya alami menjadi begitu ringan.

Puasa adalah bentuk penyerahan diri, menyalibkan kedagingan kita, dan ungkapan rasa haus dan lapar akan Tuhan.

Secara rohani, doa yang disertai puasa memiliki kekuatan tersendiri, bahkan Yesus sendiri pernah berkata bahwa ada roh jahat yang hanya bisa diusir dengan doa dan puasa saja (Matius 17:21). Jika puasa begitu penting dan besar manfaatnya, mengapa kita tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh?

Hari ini adalah Rabu Abu, di mana seluruh umat Katolik mengawali puasa dan pantang selama 40 hari untuk mempersiapkan Paskah. Waktu yang sangat baik bagi kita semua untuk bermati raga dan melawan segala hawa nafsu yang membawa kita ke dalam dosa. (In)

Tuhan, berilah rahmat ketaatan, agar saya dapat menjadi anak-anak yang patuh dan takut akan Engkau.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *