Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 10 September 2018
1Kor 5:1-8
Mzm 5:5-7,12
Luk 6:6-11
Menolong di hari libur?
Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya? – Luk 6:9
Menjelang libur Lebaran beberapa waktu lalu, banyak orang bersiap untuk berlibur. Satu minggu sebelum hari H, Jakarta sudah mulai lenggang. Banyak pertokoan dan perkantoran yang mulai tutup. Industri di beberapa area juga mulai tidak beroperasi. Banyak kebutuhan sehari-hari yang biasanya bergantung pada bantuan orang lain, harus dilakukan sendiri.
Pada masa liburan itu, ayah mertua saya yang sudah cukup berumur terjatuh saat ingin naik ke mobil. Awalnya ia tidak begitu merasakan sakit, bahkan dapat bangun dan berjalan kembali dengan dibantu beberapa orang. Baru keesokan harinya ia merasakan sakit yang luar biasa di tulang punggungnya.
Setelah melalui rontgen dan MRI, baru diketahui ada tulang belakang yang patah. Kami sekeluarga cukup panik karena beberapa dokter yang biasa kami kunjungi ternyata sudah mengambil cuti. Puji Tuhan, kami bertemu seorang dokter dekat rumah. Menjelang keberangkatannya untuk berlibur, ia bersama rekan-rekan dokternya masih mau membantu mengatur jadwal operasi bagi ayah saya. Kami sekeluarga sangat bersyukur karena ayah dapat ditangani dengan baik dan kesehatannya berangsur membaik.
Siapapun kita, mungkin sewaktu-waktu Tuhan akan memberikan kesempatan yang sama ketika dihadapkan pada pilihan untuk menolong orang lain yang mungkin tidak kita kenal atau mengabaikannya karena sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Pertanyaannya, siapkah kita ketika harus memilih mengorbankan rencana kita demi menyelamatkan orang lain yang bahkan tidak kita kenal? (Md
No responses yet