Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 11 Januari 2018
1Sam 4:1-11
Mzm 44:10-11,14-15,24-25
Mrk 1:40-45
Sikap meminta
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” – Mrk 1:40
Lagi-lagi pengalaman kami dalam mendidik anak soal meminta. Ternyata mengajarkan cara meminta yang benar kepada anak itu susah-susah gampang dalam konteks terkait temperamen anak. Anak kami memang sejak kecil sudah cukup terlihat berani dan seringkali melakukan sesuatu secara spontan. Dia tidak pusing dengan segala etika dan cara yang seharusnya.
Bersyukur kami ikut dalam suatu program parenting yang membantu kami memahami prinsip “mumpung masih kecil”, bukan “tidak apa-apa, karena masih kecil” seperti yang banyak dilakukan oleh pasangan muda terhadap anaknya. Kami berjuang dalam mengajarkan cara meminta kepada anak kami. Berulang-ulang. Berulang-ulang. Berulang-ulang. Itu kuncinya.
Jika kita melihat bacaan Injil hari ini, kita juga belajar tentang sikap meminta. Dikatakan orang yang sakit kusta itu datang dan berlutut di hadapan Yesus. Saya menangkap apa yang dilakukan orang kusta itu sebagai sikap merendahkan diri, mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Permohonannyapun disampaikan dengan kalimat yang menunjukkan bahwa Tuhanlah yang membuat keputusan. Tak ada sedikitpun sikap arogan. Tak ada kalimat perintah. Ia hanya datang menyampaikan permohonan-Nya. Selanjutnya, ia membiarkan Tuhan yang bertindak sesuai kehendak-Nya.
Mari kita belajar dari sikap orang kusta yang membawa permohonannya kepada Tuhan. Mintalah dengan sikap hati yang benar. Percayalah bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik. (Jc)
Bagaimana sikap hati saya dalam memohon kepada Tuhan?
No responses yet