Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 11 Juli 2016
Yes 1:11-17
Mzm 50:8-9,16bc-17,21,23
Mat 10:34 – 11:1
PERSEMBAHAN YANG BENAR
Jangan lagi membawa persembahanku yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. – Yes 1:13
Seluruh hidup kita seharusnya menjadi persembahan yang manis untuk Tuhan. Namun apakah semua yang kita lakukan sudah berkenan di hadapan Tuhan? Masihkah kita memberikan persembahan yang justru membuat Tuhan merasa jijik?
Saya merenungkan ketika diri saya memberi persembahan kepada Tuhan, entah berupa materi ataupun semua yang saya lakukan atau yang sedang saya rasakan. Ketika satu dua kali saya membawanya di hadapan Tuhan masih dengan sikap tidak tulus, masih disertai keluhan dan gerutu, mungkin Tuhan memaklumi. Tetapi jika hal itu terus berulang, bisa jadi Tuhan menjadi jijik dengan persembahan saya, karena sikap hati saya yang tidak bersyukur dan tidak memuji-Nya atas segala yang sudah Ia limpahkan dalam diri dan hidup saya.
Sikap hati yang selalu merasa tidak puas, tidak berterima kasih, dan tidak bersyukur adalah pintu untuk masuk ke dalam keserakahan. Sebaliknya, sikap berterima kasih, menghormati Sang Pemberi akan membawa kita ke dalam sikap rendah hati, sehingga dengan sendirinya kita akan menyadari bahwa kita tidak mampu tanpa-Nya. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Sempurna akan bekerja secara luar biasa di dalam diri kita sesuai dengan keinginan-Nya.
Marilah kita belajar dengan sungguh untuk bersikap tulus di hadapan Tuhan, memandang dan menghormati Dia sebagai Sang Pemberi atas semua yang kita butuhkan, sehingga kita sampai ke tahap penyembahan yang benar di hadapan-Nya. (In)
Bapa di surga, mohon turunkan rahmat-Mu agar saya dapat menjadi penyembah yang benar melalui persembahan yang saya bawa ke hadapan-Mu.
No responses yet