Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 11 Maret 2017
Ul 26:16-19
Mzm 119:1-2,4-5,7-8
Mat 5:43-48
TIDAK MASUK AKAL
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? – Mat 5:46
Yesus adalah seorang revolusioner. Ia selalu menantang kita untuk melakukan hal-hal di luar akal pikiran. Kali ini Ia menantang kita untuk melakukan yang cukup berat: mengasihi musuh dan mendoakannya. Pertama kali membaca ayat ini, reaksi saya: Tidak mungkin! Bagaimana mungkin saya bisa mengasihi musuh saya? Memandangnya saja saya tidak sudi, apalagi mengasihi dan mendoakannya.
Tapi perintah Tuhan adalah absolut. Mau tidak mau saya coba untuk melakukannya. Awalnya dengan rasa kesal dan tidak rela, dan hanya kewajiban. Tapi semakin saya melakukannya, saya sadar ada sesuatu yang berubah. Orang yang tidak saya sukai tidak berubah, masih tetap menyebalkan. Namun, sayalah yang berubah. Cara pandang saya kepadanya berubah. Saya mulai membuka mata dan pelan-pelan jadi mengerti mengapa ia menjadi orang seperti itu. Perlahan-lahan, saya mulai memiliki belas kasih kepadanya. Tanpa sadar, menjadi mudah bagi saya untuk mengampuninya.
Permintaan Tuhan kadang memang tidak masuk akal. Tapi solusi yang tiba-tiba datang dari melakukan perintah-Nya pun kadang memang tidak masuk akal. Ketika kita mencurahkan kasih yang besar kepada seseorang, kitapun menerima kasih dari-Nya yang berlipat kali lebih besar. Jadi, tidak ada ruginya bila kita mengasihi seseorang. Karena semakin besar kasih yang kita berikan, semakin besar pula kasih yang kita terima. Dan kasih kepada siapakah yang lebih besar daripada kasih kepada musuh kita sendiri? Karena itulah Dia meminta kita melakukannya. (Hd)
Tuhan, mampukan saya untuk mengasihi orang yang tidak saya sukai seperti Engkau mengasihi saya.
No responses yet