Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 12 Maret 2018
Yes 65:17-21
Mzm 30:2,4-6,11-13
Yoh 4:43-54
Believe it
Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya.
– Yoh 4:48
Sebagai makhluk yang memiliki panca indera, tidak dapat dipungkiri bahwa kita membuktikan segala sesuatunya dengan indera kita. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk mengecap, serta kulit untuk meraba. Namun terkadang tak semua hal dapat dimengerti atau dibuktikan dengan cara itu. Salah satu contohnya keberadaan Tuhan dalam hidup kita.
Kita tak bisa melihat sosok-Nya, mendengar-Nya berbicara, maupun menyentuh-Nya. Meski demikian, perbuatan kasih-Nya sungguh nyata dan dapat kita rasakan. Di antaranya adalah nafas kehidupan yang setiap saat kita hirup, pertolongan orang-orang di sekitar kita. Untuk dapat merasakan keberadaan-Nya dalam hidup kita, memang diperlukan iman dan kepekaan hati.
Iman dan kepekaan hati yang perlu kita miliki adalah seperti iman seorang pegawai istana yang diceritakan dalam bacaan Injil. Demi kesembuhan anaknya, ia pergi menemui Yesus di Galilea dan ia percaya akan perkataan Yesus, “Pergilah, anakmu hidup!” Ia segera pulang dan mukjizat pun terjadi.
Hal yang sederhana, tetapi sulit dilakukan. Yesus menginginkan kita untuk percaya kepada-Nya. Karena dengan percaya kepada-Nya, kuasa kasih-Nya akan menjadi nyata. Bagi kita yang mengukur segala sesuatunya dengan panca indera memang bukan hal mudah, tetapi bukti kasih-Nya lebih besar dan tak dapat dipungkiri. Jadi, apa lagi yang kita tunggu? Percayalah kepada-Nya, maka mukjizat akan terjadi dalam hidup kita. (Cr)
Sudahkah saya menyadari keberadaan-Nya lewat semua yang saya alami?
Maukah saya mempercayakan hidup saya hanya kepada-Nya?
No responses yet