Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 12 November 2021
St. Yosafat
Keb 13:1-9
Mzm 19:2-5
Luk 17:26-37
Kematian dan Pencuri
Mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua – Luk 17:27
Kematian datang seperti pencuri. Kita sama sekali tidak tahu kapan ia datang. Bila kita mengetahuinya maka kita pasti akan segera bersiap-siap, memperlengkapi seisi rumah dengan alat-alat pelindung termasuk kamera-kamera pengintai. Bahkan mungkin kita tidak tidur agar pencuri tidak bisa masuk ke dalam rumah. Demikian juga cara yang paling tepat menghadapi kematian menurut Yesus yaitu berjaga-jagalah.
Kurang lebih 3 minggu lagi genap 100 hari istri saya Jessica kembali ke pelukan Bapa di Surga. Saat saya membawa istri saya masuk rumah sakit sama sekali tidak pernah terpikir bahwa Jessica tidak akan pernah kembali ke rumah kami lagi. Jessica masuk rumah sakit karena gangguan pada hati (lever). Masih teringat di pagi hari, waktu itu adalah hari kedua kami di Rumah Sakit. Kami masih memesan bakmi dan makan bersama dengan lahapnya. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa itu adalah makan lahap terakhirnya. Segala sesuatu berubah begitu cepat. Dan dalam hitungan hari Jessica pun berpulang dalam damai.
Sekalipun dengan rasa duka yang sangat dalam namun saya menyadari bahwa kami sekeluarga telah berjaga-jaga. Setiap malam kami berdoa dan saling mendoakan. Saat salah satu dari kami terjatuh yang lain mengangkat, memaafkan dan menopang agar tidak terjatuh kembali. Kami saling menguatkan, berpegangan dan memberkati.
Menulis renungan ini air mata saya masih mengalir. Namun saya bersyukur atas sosok Jessica yang pernah ada dalam hidup saya dan anak-anak. Ia menjadikan kami sosok yang lebih baik dan terus mengingatkan bahwa kita butuh Tuhan lebih dari apapun. (Al)
Sudahkah kita berjaga-jaga? Dengan cara apa kita berjaga-jaga?
No responses yet