Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 12 September 2025
1 Tim 1:1-2,12-14
Mzm 16:1-2,5,7-8,11
Luk 6:39-42
No Asumsi Di Antara Kita
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? – Luk 6:41
Asumsi adalah dugaan sementara yang belum terbukti kebenarannya, dan jika asumsi tersebut tidak benar sama saja dengan menghakimi dan memfitnah orang lain dengan kejam.
Saya punya pengalaman yang sangat memalukan akibat berasumsi yang tidak benar terhadap seseorang saat mengikuti acara rohani berskala nasional. Bermula dari terpisah kamar dengan teman-teman, lalu masuk ke kamarku yang beraroma minyak angin dan kondisinya sangat berantakan membuat merasa tidak nyaman. Setelah selesai acara, saya masuk kamar untuk beristirahat. Selesai mandi, saya mencari handphoneku, tetapi tidak ketemu. Lalu saya mulai berasumsi, jangan-jangan handphone tersebut diambil oleh rekan sekamarku, apalagi itu handphone baru. Saya mencoba mencarinya lagi, tetapi tetap tidak ketemu.
Lalu saya melaporkan ke panitia karena saya ingat pada saat acara masih sempat menggunakan handphone itu untuk menelepon.
Lalu seorang ibu rekan sekamar saya diajak bicara oleh panitia dan saya dipindahkan ke kamar yang lain. Keesokan harinya, teman saya memberitahukan jika handphone ada pada ibu tersebut karena ia salah mengambil tas, karena saat itu semua peserta mendapatkan tas yang sama. Shock, malu, dan perasaan bersalah campur aduk menjadi satu. Apalagi ibu itu jatuh sakit akibat tuduhan saya.
Akhirnya saya datang minta maaf kepadanya, dan Ibu tersebut berlapang dada memaafkan dan memeluk saya dengan penuh kasih. Air mataku pun tak terbendung dan sungguh-sungguh menyesal karena berasumsi yang tidak benar.
Ingatlah untuk tidak berasumsi karena asumsi yang salah dapat berakibat fatal. Selain melukai orang lain, juga akan mempermalukan diri sendiri. (TL).
Beranikah aku mengakui kesalahan ketika telah salah berasumsi pada orang lain?
No responses yet