Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 13 Mei 2018
Kis 1:15-17,20-26
Mzm 103:1-2,11-12,19-20ab
1Yoh 4:11-16
Yoh 17:11b-19
Hari 3, Novena Pentakosta
Saya mau mengasihi
Allah adalah kasih.. – 1Yoh 4:16
Bacaan hari ini menegaskan kembali tanda seseorang yang hidup di dalam Tuhan. Sebelum saya membaca perikop hari ini, saya berpikir bahwa tanda seorang yang hidup di dalam Tuhan berdasarkan karunia Roh Kudus yang ia miliki. Atau mungkin seberapa sering ia mengalami mukjizat dalam hidupnya. Atau seberapa sering ia mengalami keberhasilan. Namun sesudah membaca, semua yang saya pikirkan sebelumnya ternyata tidak berdasar sama sekali.
Bacaan hari ini membukakan mata saya bahwa tanda kita hidup di dalam Tuhan adalah jika kita mau mengasihi sesama kita. Kata “mau” berarti keputusan; sikap dan tekad dalam hati untuk mengasihi. Bukan sekedar perasaan yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Mengasihi bukan suatu yang mudah. Kita perlu berdoa dan terus belajar mengasihi Tuhan melalui ketaatan terhadap firman-Nya. Karena, mudah bagi kita untuk mengasihi mereka yang setipe atau memiliki pandangan yang sama dengan kita. Tapi, bagaimana dengan mereka yang berbeda pemahaman, berbeda pendapat, dan memiliki sifat yang tidak kita sukai?
Firman Tuhan berkata, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” Berada dalam komunitas mestinya membantu kita untuk mempraktekkan hal ini. Jangan mudah berpindah komunitas hanya karena merasa tidak cocok dengan beberapa orang di dalamnya, atau karena merasa tidak dikasihi, tidak dihargai, dan tidak diperhatikan. Namun, di dalam pergumulan itulah, Tuhan sedang mengajar kita untuk tetap mengasihi tanpa syarat seperti yang Yesus kehendaki bagi para murid-Nya. (Al)
Apakah saya sulit untuk mengasihi?
Apakah ternyata saya juga kurang mengalami kasih?
Jangan menyalahkan orang lain, mintalah Tuhan untuk mengisi tanki kasih yang kosong agar saya dapat mengasihi sesama.
No responses yet