Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 14 April 2018
Kis 6:1-7
Mzm 33:1-2,4-5,18-19
Yoh 6:16-21
You always be there
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” – Yoh 6:20
Dalam menjalani liku-liku kehidupan, ada kalanya kita merasa seorang diri. Merasa tak ada seorangpun yang peduli ataupun menolong. Bacaan hari ini membuat saya menilik ke dalamnya. Mengapa perasaan “sendiri” muncul? Apa benar tidak ada satupun yang peduli atau menolong? Apakah kita yang tidak peka atau tidak membuka diri terhadap pertolongan orang lain?
Kepedulian dan pertolongan orang lain menjadi tidak nampak ketika kita menutup diri. Perasaan itu dapat muncul karena kita berfokus hanya pada permasalahan, atau juga karena merasa tidak layak menerima bantuan. Sayapun pernah mengalaminya. Dulu saya pernah terpuruk dalam permasalahan dan tidak dapat mengungkapkan kepada siapapun. Saat itu ingin rasanya berbagi dengan-Nya, tetapi karena saya merasa tak layak, pernah melupakan dan menyakiti-Nya sehingga itu membuat saya mengurungkan niat untuk mengajak-Nya berkomunikasi.
Saya bersyukur karena Ia tak henti-hentinya mengetuk pintu hati saya. Tembok yang menjadi penghalang antara saya dan kasih-Nyapun leleh seketika. Ia menyembuhkan perasaan kesendirian dan ketidaklayakan. Saya dipulihkan dan dapat merasakan kasih-Nya. Ia selalu membuka tangan-Nya lebar-lebar untuk kita, menantikan kita datang kepada-Nya untuk memeluk, menceritakan semuanya, berserah, dan percaya pada kasih-Nya yang menjadi jawaban dari segala persoalan.
Thank you, Lord, You always be there for me. (Cr)
Masihkah saya merasa tak layak di hadapan-Nya?
Mari membuka diri dan kembali kepada-Nya, Allah yang setia dan selalu ada bagi kita.
No responses yet