Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 14 Agustus 2016
Why 11:19a; 12:1,3-6a, 10ab
Mzm 45:10bc,11-12ab
1Kor 15:20-26
Luk 1:39-56
Hari Raya SP Maria Diangkat Ke Surga
SALAM
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus. – Luk 1:41
Mengapa ucapan salam menjadi begitu penting? Salam adalah ungkapan pembuka percakapan. Salam diberikan baik kepada orang yang kita kenal maupun belum kenal. Jika salam yang kita ucapkan tidak tulus biasanya komunikasi akan berakhir dengan kegagalan.
Malaikat Gabriel memberi salam kepada Maria (Lukas 1:28). Maria memberi salam kepada Elisabet (Lukas 1:40). Sapaan Maria itu sangat menyentuh hati Elisabet dan ia merasakan kasih karunia datang ke tengah keluarganya. Ketika mendengar salam dari Maria, bahkan anak dalam rahimnya ikut senang (Lukas 1:41). Salam yang diberikan secara hangat pasti menular.
Dalam ilmu kedokteran, janin di dalam kandungan senantiasa bergerak. Itu menandakan janin itu hidup. Namun, bayi Yohanes bukan hanya bergerak, melainkan melonjak kegirangan. Karena setelah mendengar salam dari Maria, Elisabet dipenuhi Roh Kudus. Salam itupun kembali kepada Maria dengan seruan nyaring Elisabet: Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu (Lukas 1:42).
Dua perempuan yang sedang mengandung sama-sama menjadi begitu bahagia ketika seorang di antaranya memberi salam. Akhirnya, kita tahu di dalam perikop Injil Lukas yang berikutnya, kedua perempuan itu memberikan sukacita kepada dunia dengan melahirkan Yohanes Pembaptis yang menyerukan pertobatan dan Yesus Kristus Sang Penebus dunia.
Salam yang diucapkan dengan tulus akan menjadi berkat bagi orang lain dan juga diri kita sendiri. (Yo)
Apakah saya sudah memberi salam yang tulus kepada orang-orang yang saya jumpai?
No responses yet