Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 14 Februari 2018
Yl 2:12-18
Mzm 51:3-6,12-14, 17
2Kor 5:20 – 6:2
Mat 6:1-6, 16-18
Rabu Abu – Puasa & Pantang
Tidak berharap imbalan
Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu dihadapan orang supaya dilihat mereka,
karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. – Mat 6:1
Alasan kita menyembah Allah yang Maha Kudus adalah karena Ia memang kudus. Bukan karena alasan lain seperti karena kita sedang mendapat berkat, sedang merasakan sukacita, dan lain sebagainya. Ibadah kita kepada Tuhan berlangsung setiap saat melalui pikiran, perkataan, sikap, perbuatan kita, yang harus dilandasi oleh perasaan kasih kita kepada-Nya.
Namun masih banyak kita jumpai orang-orang yang melakukan perbuatan rohani dengan motivasi untuk mendapat pengakuan, pujian dari orang lain, bahkan berharap agar Tuhan memberikan berkat sesuai yang diinginkan. Mungkin kita perlu menyelidiki hati kita, apakah kita termasuk kategori ini – menyembah-Nya dengan berharap imbalan?
Sikap demikian adalah sikap penyembah alah yang lain, dan sikap ini menjijikkan bagi Allah. Ia tidak berkenan terhadap persembahan seperti ini (Yesaya 1:13). Namun kasih-Nya tidak pernah padam dan tidak pernah berkurang sedikitpun. Ia akan menunggu kita untuk menyadari pelanggaran dan melakukan pertobatan.
Hari ini adalah Rabu Abu. Mari kita mengambil waktu untuk berefleksi diri. Persembahan seperti apa yang selama ini kita bawa ke hadapan Tuhan?
Mari bertobat dan teruslah bertobat. Persiapkan hati untuk menyambut kebangkitan Yesus, agar diri kita juga mengalami kebangkitan di dalam-Nya. (In)
Bapa di sorga, mohon belas kasih-Mu, agar saya dapat sungguh melakukan pertobatan dengan tindakan.
No responses yet