Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 14 November 2017
Keb 2:23 – 3:9
Mzm 34:2-3,16-19
Luk 17:7-10
Hati sebagai hamba
Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. – Luk 17:10
Tak terasa saya telah ikut dalam dunia pelayanan selama hampir delapan belas tahun. Semua itu berawal dari keikutsertaan saya dalam persekutuan doa di kampus. Sejak itu, saya sering diajak pelayanan ke luar kota oleh dosen saya. Karena keaktifan saya itu, banyak pujian dilontarkan kepada saya. Tanpa sadar, pujian yang saya terima membuat saya menjadi sombong dengan merasa diri saya paling hebat, banyak talenta, banyak dikenal, dan lain sebagainya.
Hingga suatu saat dalam sebuah retret, saya merasa Tuhan tegur lewat lagu “Hati seorang hamba”.
Kutak membawa apapun juga, saat kudatang ke dunia
Kutinggal semua pada akhirnya, saat ku kembali ke surga.
Inilah yang kupunya hati sbagai hamba
Yang mau taat dan setia padaMu Bapa.
Kemanapun ku bawa, hati yang menyembah
Dalam Roh dan kebenaran sampai slamanya.
Setelah merenungkan lagu ini, saya kembali disadarkan bahwa saya ini bukan apa-apa. Talenta yang saya miliki hanya karena kemurahan-Nya dan kapanpun bisa diambil kembali jika hidup saya tidak berkenan kepada-Nya. Saya sadar bahwa saya hanyalah alat-Nya dan sejak itu saya belajar untuk melakukan semuanya demi kemuliaan Tuhan.
Teman, apa yang kita lakukan sebagai pelayanan kita hendaknya tidak membawa kita kepada kesombongan. Mintalah agar Tuhan memberikan kita hati seorang hamba. (Ar)
Sudahkah saya memiliki hati seorang hamba?
No responses yet