Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 15 Juli 2025

Pw St. Bonaventura

Kel 2:1-15a
Mzm 69:3,14,30-31,33-34
Mat 11:20-24

Jangan Keraskan Hati!

Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.  – Mat 11:21

Betsaida merupakan kota kelahiran rasul Petrus, Andreas dan FIlipus. Di kota ini, Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat besar: menyembuhkan orang buta, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, bahkan berjalan di atas air. Namun, ironisnya, semua itu tidak menggugah hati penduduk Betsaida untuk bertobat. Mereka takjub akan kuasa Yesus, tetapi tak pernah benar-benar membuka hati. Karena itu, Tuhan mengecam kota tersebut, bukan karena mereka tidak melihat, melainkan karena mereka memilih untuk mengeraskan hati, tidak percaya dan tidak mau bertobat.

Saya sendiri menderita asma, kalau sudah kumat, sulit sekali untuk bisa bernapas. Sekali tarikan napas saja bisa sangat melelahkan. Maka ketika saya bangun pagi dan bisa bernapas lega tanpa ada sesak, bagi saya itu adalah mujizat dari Tuhan. Banyak mujizat yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita, namun karena sudah terbiasa kita lihat dan nikmati, membuat kita tidak lagi menyadari bahwa hal itu adalah mujizat yang Tuhan beri. Padahal, bernafas tanpa rasa sakit, melihat matahari pagi, atau makan dengan cukup, semua itu juga adalah karya kasih Tuhan. Namun karena terlalu sering kita alami, kita jadi terbiasa dan lupa bersyukur. Kita tidak lagi menyadari bahwa semua itu adalah anugerah. Jangan sampai kita menjadi seperti penduduk Betsaida, melihat dan mengalami mujizat setiap hari, tapi tetap menutup hati untuk bertobat.

Tuhan Yesus tidak pernah memaksa siapa pun untuk bertobat. Semua keputusan ini ada di tangan kita. Ia menghormati kebebasan kita. Tapi kita pun harus sadar, bahwa pilihan kita membawa konsekuensi. Karena itu janganlah kita mengeraskan hati dan salah dalam mengambil keputusan. Salah memilih, bisa membawa kita pada kebinasaan. (DN).

Mujizat apa yang sudah Tuhan lakukan dalam hidupku? Apakah aku sungguh menyadarinya?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *