Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 16 Desember 2021
Yes 54:1-10
Mzm 30:2,4-6,11-13
Luk 7:24-30
Seorang Utusan
Karena tentang dia ada tertulis : “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.” – Luk 7:27
Menjadi seorang utusan adalah tugas mulia yang diemban dengan penuh resiko. Dalam sebuah peperangan, seseorang yang diutus ke tempat musuh, memiliki resiko kehilangan, ditahan ataupun kehilangan nyawanya jika apa yang disampaikan si pembawa pesan dianggap tidak menyenangkan ataupun bernada mengancam.
Menjadi seorang utusan pun tidak bisa menyombongkan dirinya sendiri, karena sebagai seorang utusan, ia memliki sang tuan/raja, seseorang yang telah memberikan tugas perutusan, yang jauh lebih mulia dan lebih tinggi kedudukannya daripada dirinya.
Namun, jika kita menjadi seorang utusan, hal itu akan membawa suatu kebanggaan tersendiri, karena secara otomatis, kita akan menjadi cerminan orang yang mengutus kita dan pastinya bukan orang sembarangan. Kita pun sebagai orang yang diutus adalah orang-orang pilihan yang dipilih dari orang-orang terbaik yang tidak sembarangan untuk menyampaikan pesan penting dari orang yang mengutus kita.
Sebagai umat Katolik, kita menerima berkat perutusan secara pribadi di akhir misa. Kita diutus langsung oleh Bapa di Sorga melalui imam yang memimpin misa. Kita diutus ke dunia di dalam lingkungan masyarakat multi ras dan agama. Sebagai utusan kerajaan Sorga, kita pun harus menyerupai dan memberikan gambaran kasih Bapa kepada semua orang. Tidak menyombongkan dan memuliakan diri sendiri, karena di balik semua kemampuan dan talenta yang kita miliki, Bapa di Sorga lah yang jauh lebih pantas untuk kita muliakan sebagai pengutus untuk memberikan gambaran kasih Bapa ke dunia ini. (Md)
Siapkah Saya menjadi utusan Kerajaan Sorga di dunia ini?
No responses yet