Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 16 Juli 2022
Mi 2:1-5
Mzm 10:1-4,7-8,14
Mat 12:14-21
Allah Maha Pengampun
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya. – Mat. 12:20
Sakramen tobat atau rekonsiliasi ialah sakramen yang mampu memulihkan hubungan kita yang retak dengan Tuhan karena dosa. Memang dengan pembaptisan, dosa-dosa kita dihapus; tetapi setelahnya kita masih tetap dapat jatuh ke dalam dosa, untuk itu sakramen tobat tetap diperlukan. Di saat jauh dari-Nya, selama delapan tahun, saya tidak pernah menerima sakramen tobat. Saat itu saya tidak menganggapnya begitu penting. Akibatnya, dosa-dosa saya makin menumpuk, kepekaan saya pada-Nya juga semakin berkurang, dan saya tidak lagi merasa bersalah melakukan banyak dosa.
Dia pun memanggil saya kembali dengan cara-Nya, saya disadarkan bahwa sakramen tobat sangatlah penting untuk membawa saya kembali dekat dengan-Nya. Semua dosa yang tidak pernah saya akukan, dihapuskan begitu saja saat menerima sakramen tobat. Dia tak memandang banyak dan beratnya dosa saya, Dia memberikan pengampunan kepada saya. Dia juga tak menolak saat saya ingin kembali kepada-Nya.
Sekarang saya berusaha membiasakan diri untuk menerima sakramen tobat setiap 1-2 bulan sekali. Kadang ada rasa malu karena seringkali dosa yang saya akukan masih sama, walau saya telah berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Tetapi Dia tetaplah Allah yang tidak pernah menolak atau mematahkan semangat saya, Dia tidak mengingat-ingat dosa saya, Dia selalu mengampuni dan menerima saya dalam pelukan kasih-Nya.(Vn).
Sudahkah saya menerima sakramen tobat secara teratur?
No responses yet