Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 16 Juni 2016
Sir 48:1-14
Mzm 97:1-7
Mat 6:7-15
SELALU MERASA BENAR
..dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami. – Mat 6:12
Pernahkah kita berpikir, dari mana mulainya semua pertentangan dan perselisihan? Begitu banyak timbul keributan, caci maki, dan berujung pada sakit hati, bahkan terorisme dan peperangan. Semua berawal ketika manusia selalu merasa benar.
Dalam kehidupan sehari-hari, seperti hubungan antara orang tua dan anak, suami dan istri, saudara dan kakak beradik, sering timbul keributan karena masing-masing merasa benar. Contoh yang paling sederhana, ketika satu keluarga sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Tapi kemudian masing-masing anggota keluarga saling berdebat dan merasa jalan yang diketahuinya adalah jalan yang paling benar, maka keributan terjadi di situ.
Dalam suatu perusahaan yang sudah mapan dan mempunyai visi misi yang jelas, namun jika para karyawan merasa dirinya yang paling benar dan tidak bisa bekerja sama, maka dapat dipastikan, perusahaan tersebut akan hancur dan akan mengalami banyak kehilangan.
Dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus, kita diajak untuk belajar rendah hati. Dengan mengakui kesalahan pribadi, kita belajar untuk tidak selalu merasa benar dan mulai membuka hati untuk melihat kebenaran dari kacamata orang lain. Begitu juga kita belajar untuk memberikan pengampunan bagi yang melukai dan bersalah terhadap kita. Dengan memberikan pengampunan, kita melepaskan beban yang kita pikul.
Jangan sampai penyesalan datang terlambat. Ketika kita bersikukuh akan kebenaran yang kita pertahankan dan ternyata kenyataan berkata lain, mungkin kita telah melukai hati orang lain. (Md)
Apakah saya sering atau bahkan selalu merasa benar?
No responses yet