Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 16 Juni 2022
St. Aloisius Gonzaga
Sir 48:1-14
Mzm 97:1-7
Mat 6:7-15
Hubungan Dua Arah
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan”. – Mat.6:7
Berdoa bertele-tele bagi saya adalah sebuah doa yang hanya menyampaikan sekian banyak permintaan
tanpa disertai hati yang mengungkapkan rasa syukur, pujian dan pengagungan kepada Allah.
Pengalaman saya pribadi ketika berdoa, biasanya adalah kurang lebih di 15 menit pertama pikiran dan
hati saya masih sibuk dipenuhi berbagai macam hal yang sedang digumuli, hal ini membuat saya belum
dapat fokus kepada Tuhan.
Berdoa memang membutuhkan waktu banyak, sebab kita harus sejenak meninggalkan dulu segala kesibukan
yang ada dipikiran dan hati. Ketika sudah mulai dapat rileks barulah saya bisa masuk dan mengarahkan
seluruh panca indera ke dalam hadirat Tuhan.
Saat merasakan seluruh tubuh, jiwa (perasaan, hati, pikiran), dan roh memuji serta menyembah Tuhan
biasanya saya merasakan suatu gelora dan kehausan akan perjumpaan denganNya. Rasanya tidak ingin
berhenti, saya mulai dapat merasakan Tuhan sedang bersama saya, memberkati bahkan memeluk saya,
dan saya sangat yakin saat itulah Ia memberikan rahmat baru bagi saya untuk menjalani hidup selanjutnya.
Suatu perjumpaan dengan Tuhan melalui doa membutuhkan waktu. Nah, supaya dapat terbangun hubungan
dua arah maka diperlukan semacam koneksi signal antara keduanya sehingga terjadilah percakapan dan
saling mendengarkan antara kita dengan Allah.
Marilah membangun signal ketika hendak bertemu dengan Tuhan, agar kita dapat menangkap hadiratnya dan mendengarkannya. (In).
Apakah saya sudah merasa cukup dengan cara berdoa saya selama ini.
No responses yet