Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 16 November 2021
2Mak 6:18-31
Mzm 43:2-7
Luk 19:1-10
Keterbatasan
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. – Luk 19:4
Setiap orang memiliki keterbatasan. Dan bentuknya pada masing-masing orang bisa berbeda-beda. Tak ada manusia yang sempurna; baik itu seorang pemimpin negara, pemimpin agama, pemimpin perusahaan, pemimpin komunitas, maupun lainnya. Meski demikian tak berarti bahwa keterbatasan tersebut dapat menghentikan langkah kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Keterbatasan tak akan menghambat jika kita mau berusaha memberikan yang terbaik dari diri kita dan tentu saja tak melupakan campur tangan-Nya dalam segala sesuatunya.
Seperti halnya Zakheus, seorang pemungut cukai yang bertobat. Ia memiliki keterbatasan berbadan pendek, tetapi ia tak menjadikan keterbatasannya itu sebagai sesuatu yang menghentikannya untuk melihat Yesus. Bahkan keterbatasan itulah yang membuatnya totalitas dalam usahanya melihat Yesus. Ia berusaha keras memanjat pohon ara hanya untuk melihat Yesus yang lewat. Tak hanya itu, keterbatasannya dalam hal dosa sebagai seorang pemungut cukai juga tak menghentikan rasa rindunya untuk bertemu Yesus dan merasakan kasih-Nya. Ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang salah dan menanggapi undangan kasih-Nya untuk bertobat dengan penuh sukacita, melalui pengembalian berkali-kali lipat atas hasil jarahannya, serta memberikan setengah dari hartanya untuk orang miskin.
Jangan biarkan keterbatasan menjauhkan kita dari kasihNya. Mari jadikan keterbatasan kita sebagai alat untuk kemuliaanNya, dengan terus berpengharapan dan mengandalkan kekuatanNya dalam menjalani kehidupan ini. (Cr)
Maukah saya bangkit dari keterbatasan dan menjadikannya sebagai sarana untuk kemuliaanNya?
No responses yet