Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 17 Juni 2017
2Kor 5:14-21
Mzm 103:1-4,8-9,11-12
Mat 5:33-37
YA ATAU TIDAK – ITU SAJA
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. – Mat 5:37
Perkataan sangat kritikal. Perkataan yang buruk dapat menyebabkan perkelahian, ketidakpercayaan, sakit-penyakit, perang, dan berbagai masalah lainnya. Namun perkataan yang baik dapat menimbulkan perdamaian, kesembuhan, relasi yang harmonis, dan kekuatan.
Lihat saja media kita saat ini, bagaimana perkataan seseorang sangat berpengaruh kepada keutuhan bangsa, kedaulatan pemerintahan, toleransi antar umat beragama, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan perkataan “ya” atau “tidak” yang akhir-akhir ini sudah tidak bisa dipegang kebenarannya. Bahkan demi kekuasaan dan harta, seseorang tanpa berpikir panjang dapat memutar-balikkan kata “ya” dan “tidak”, sekalipun ia berada dalam sumpah.
Kami berusaha mendidik anak kami untuk berkata jujur. Bahkan kami pernah bertanya kepada seorang pakar bagaimana agar anak kami tidak berbohong dan berkata jujur. Sang pakar berkata, “Orang tua perlu belajar percaya dengan tulus kepada anak-anak dan biarkan mereka melihat bahwa ketidakjujuran adalah suatu yang sangat menyakitkan bagi orang tua. Orang tua harus membudayakan kejujuran dalam keluarga. Bukan saja bagi anak-anak, namun juga bagi orang tua.” Ini adalah PR bagi kami dan saya rasa juga bagi kita semua.
Kebohongan adalah dosa pertama. Itu sebabnya anak-anak tanpa diajarpun, mereka bisa berkata tidak jujur. Kejujuran harus dimulai sedini mungkin, dari dalam keluarga yang utuh sehingga saat dewasa, mereka percaya diri untuk hidup dalam kejujuran. Bila tidak, masa depan kita dan bangsa ini akan lebih buruk dari apa yang sudah terjadi saat ini. (Al)
Apakah saya sudah hidup dalam kejujuran?
No responses yet