Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 17 Maret 2018
Yer 11:18-20
Mzm 7:2-3, 9-12
Yoh 7:40-53
Dahulukan mendengarkan
Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya? – Yoh 7:51
Pernahkah kita menghakimi atau menilai seseorang sebelum mendengarkan penjelasannya atau sebelum mengetahui betul duduk persoalannya?
Di kantor saya pernah ada suatu kejadian. Operator mesin melaporkan kerusakan mesin kepada pimpinan. Pimpinan lalu menegur saya dan mempertanyakan pekerjaan teknisi yang seharusnya memperbaiki mesin. Sayapun bertanya-tanya, mengapa tidak diperbaiki oleh teknisi? Mengapa saya tidak tahu ada kerusakan mesin? Mengapa operator melaporkan langsung kepada pimpinan? Mengapa hal ini terjadi?
Saya tidak langsung menghakimi teknisi maupun operatornya, tetapi saya lebih memilih untuk mendengarkan masukan dari mereka dan mencari solusi bersama-sama, karena masalah ini terjadi bukan karena kesalahan satu pihak. Saya dan manajemen ikut punya andil dalam masalah ini: operator yang tidak tahu harus melapor kepada siapa saat ada kerusakan, teknisi yang lupa akan kerusakan dan kurang memonitor mesin, serta manajemen yang tidak mengatur dengan baik.
Setelah dicari tahu, akar masalah yang cukup mendasar adalah soal alur informasi yang tidak jelas disertai tidak adanya standar prosedur yang baik dalam komunikasi. Akhirnya saya menerapkan sebuah sistem monitoring harian secara tertulis dimana operator dan teknisi berkomunikasi setiap hari, lalu dilaporkan kepada saya, dan saya kepada pimpinan. Sampai sekarang masalah seperti itu tidak pernah terjadi lagi.
Intinya, dahulukan mendengarkan sebelum menghakimi/menilai. (Aw)
Apakah saya sudah mendengarkan dulu sebelum menilai?
No responses yet