Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 18 Desember 2015
Yer 23:5-8
Mzm 72:2,12-13,18-19
Mat 1:18-24
BE A MAN
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. – Mat 1:19
Perjuangan untuk membawa Yesus lahir ke dunia bukanlah perjuangan Bunda Maria seorang diri. Santo Yusuf, suami Maria, pun mengalami perjuangan yang tidak kalah beratnya. Bayangkan, ia mendapati istrinya sudah mengandung bahkan sebelum hari pernikahan mereka. Sekalipun hal itu merupakan sebuah berita yang mengejutkan dan mengecewakannya, ia tidak serta merta menyeret Maria ke hadapan publik dan melemparinya dengan batu seperti hukum yang biasa dilakukan pada masa itu.
Yusuf adalah seorang pria yang lembut hati. Ia tidak ingin mencemarkan nama istrinya dan berniat menceraikannya diam-diam, namun hal itu tidak jadi dilakukannya karena seorang malaikat Tuhan menyampaikan pesan lewat mimpi. Kalau Yusuf seorang yang berpikiran pendek, mungkin rencana keselamatan yang diberikan Allah tidak dapat terlaksana.
Itulah pentingnya peranan seorang pria dalam keluarga. Seorang pria, sebagai kepala keluarga, harus menjadi sosok pemimpin yang kuat. Namun bukan berarti dia harus menggunakan kekerasan untuk menunjukkan kekuatannya. Sebaliknya, ia harus dapat melindungi anggota keluarganya dan memiliki kasih yang amat besar untuk bisa mengalahkan keegoisannya demi melindungi keluarganya.
Bukan peran yang mudah, tapi itulah yang dibutuhkan untuk bisa membina sebuah keluarga yang ideal. Dan lihatlah, berkat hatinya yang penuh kasih, Santo Yusuf akhirnya berperan besar dalam rencana keselamatan Allah yang paling luar biasa. Ia menjadi figur seorang ayah yang patut dicontoh oleh para ayah dan suami. (Hd)
Ya Tuhan, bimbinglah keluarga saya agar dapat menjadi keluarga yang harmonis seperti Keluarga Kudus Nazaret.
No responses yet