Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 18 Maret, 2018
Yer 31:31-34
Mzm 51:3-4, 12-15
Ibr 5:7-9
Yoh 12:20-33
Panggullah salib-Nya
Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik sesama orang datang kepada-Ku.
– Yoh 12:32
Sebagai orang Kristen, kita sering mendengar kotbah ataupun pengajaran yang mengingatkan kita untuk berani menyangkal diri. Dan tentunya kita setuju kalau tantangan untuk menyangkal diri di zaman sekarang semakin sulit dan perlu rahmat kebijaksanaan agar kita sungguh dapat memilih dan memutuskan dengan benar.
Biasanya, menyangkal diri dikaitkan erat dengan memanggul salib. Arti memanggul salib bagi saya adalah menanggung atau melakukan sesuatu yang tidak kita sukai, tapi kita tahu bahwa hal itu perlu kita lakukan untuk kebaikan. Tidak mudah melakukan apa yang baik dan benar, karena apa yang baik dan benar belum tentu apa yang kita inginkan.
Kejadian yang bagi saya merupakan pengalaman memanggul salib adalah ketika saya mengupayakan izin gereja di daerah saya – yang hingga saat ini belum tercapai. Di tengah upaya yang saya lakukan, saya mengalami teror di tengah malam, dan ancaman akan diculik dan dibunuh. Pada masa itu saya dirundung ketakutan untuk ke luar rumah. Yang bisa saya lakukan hanya menangis dalam kesendirian. Syukurlah semua itu sudah berlalu.
Ketika semua itu saya refleksikan kembali, saya merasakan banyak sekali yang Tuhan ajarkan: tentang orang yang memelihara iman dan tentang menjadi saksi Kristus. Pandanglah Yesus yang tersalib bagi kita – Ia yang tidak berdosa harus menanggung kesalahan kita dengan menyerahkan diri-Nya.
Saya ingin mengajak kita semua untuk melihat ke dalam diri kita masing-masing, apakah kita sudah menyangkal diri dan memanggul salib yang Tuhan percayakan kepada kita? (Ld)
Tuhan, terima kasih atas pengorbanan-Mu di salib bagiku.
No responses yet