Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 18 Mei 2018
Kis 25:13-21
Mzm 103:1-2,11-12,19-20
Yoh 21:15-19
Hari 8 Novena Pentakosta
Kasih yang memulihkan
Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?
– Yoh 21:17
Beberapa waktu sebelum saya menulis renungan ini, saya sharing dan bercanda dengan seorang sahabat. Seperti biasa, kami selalu saling menyemangati untuk kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan pelayanan kami masing-masing. Ternyata, saya baru tahu kalau dalam pembicaraan-pembicaraan yang sudah berlalu, ada perkataan saya yang menyinggung dan menyakiti hati sahabat saya.
Tentu saja saya merasa sangat sedih mengetahui hal itu karena saya sungguh mengasihinya sebagai saudara di dalam Kristus. Namun di sisi lain saya bersyukur dan senang karena ia mengungkapkan perasaannya itu, sehingga saya dapat meminta maaf dan mendoakannya. Dan, relasi kami tetap baik dan sehat.
Hal utama yang dibutuhakan dalam sebuah relasi adalah kasih. Ketika kita memiliki kasih yang tulus, segala sesuatu tidak akan menjadi gangguan, sebaliknya dapat membuat kita belajar semakin mengasihi dengan benar. Mengasihi adalah melupakan hal-hal yang harus kita lupakan, meski tidak mudah untuk meninggalkan dan melupakan peristiwa yang menyakitkan, kekecewaan, kejadian yang menyedihkan. Akan tetapi, juga bukan hal mustahil untuk kita perjuangkan.
Kita dipulihkan karena kita berani membuka lembaran yang baru, bersiap merekam peristiwa yang baru, hidup yang baru bersama dengan Tuhan yang telah memperbarui dengan kasih-Nya yang baru, serta Ia layakkan untuk melayani-Nya. (In)
Bagaimana cara saya memperjuangkan untuk selalu memiliki kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama?
No responses yet