Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 19 April 2019
Kis 8:26-40
Mzm 66:8-9,16-17,20
Yoh 6:44-51
Roti Kehidupan
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. – Yoh 6:51
Dalam kelompok sel saya, ada banyak pencinta makanan tidak halal (baca: babi). Kalau sudah mengobrol tentang makanan yang mengandung babi, dari mie babi, nasi goreng babi, babi panggang, babi asap, dan lain-lain…pembicaraan langsung menjadi ramai. Bahkan karena terlalu suka, ada yang takut dan tidak mau melakukan check-up.
Makanan yang satu ini walaupun mengenyangkan dan memuaskan lidah, namun kurang berguna bagi rohani kita. Saya belum pernah melihat seorang yang menjadi semakin dekat kepada Tuhan karena suka makan babi. Tapi justru yang saya temukan adalah para rahib yang menjadi vegetarian dan berpuasa daging demi mendekatkan diri kepada Allah.
Jiwa kita membutuhkan makanan rohani untuk tetap hidup dan bersinar di dunia ini. Makanan rohani ini tidak lain adalah Allah sendiri, sang Roti Hidup yang datang ke dunia. Kita menerima-Nya setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi.
Pertanyaan refleksi bagi kita: Apakah kita lebih suka makanan jasmani atau rohani? Apakah kita bersemangat ketika akan pergi ke restoran tetapi lesu ketika ke gereja? Kita perlu mengingat bahwa jiwa kita hidup karena Roh Allah.
Marilah kita menyukai makanan rohani melebihi dari makanan jasmani. Mungkin makanan rohani selalu terlihat dan terasa sama dibandingkan makanan jasmani yang bermacam-macam jenisnya, tetapi makanan rohanilah yang sesungguhnya kita butuhkan bagi kehidupan jiwa kita. (Aw)
Apakah saya menyukai makanan rohani?
No responses yet