Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 02 Agustus 2016
Yer 30:1-2,12-15,18-22
Mzm 102:16-21,29,22-23
Mat 14:22-36
TEMPE BELUM JADI
Datanglah! ..Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” – Mat 14:29-30
Seorang bapak mencari nafkah dari membuat tempe. Dari rumah, ia harus berjalan ke pasar tradisional sejauh lima kilometer untuk menjual tempenya. Penghasilannya cukup untuk makan sehari demi sehari. Meski demikian, nyaris tidak pernah terdengar keluhan dari mulutnya. Ia menjalani hari-harinya dengan semangat. “Jika tempe ini yang nanti akan mengantarku ke surga, mengapa aku harus menyesalinya?” demikian ia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi, seperti biasa ia mengambil keranjang bambu tempat kedelai-kedelainya yang sudah diragi untuk dibawanya ke pasar. Namun ternyata tempe yang hendak dijual itu belum jadi, masih berupa kedelai yang berderai, belum tersatukan oleh jamur tempe. Di tengah keputusasaan, terbersit harapan di benaknya. Ia tahu, jika ia berdoa dan meminta dengan sungguh, tidak ada sesuatu yang mustahil. Mukjizat pasti terjadi. Sementara berdoa, ia juga terus berupaya semampunya, termasuk menambah daun pembungkusnya. Ia menyerahkan seluruh nasibnya hari itu kepada Tuhan dan tetap berangkat ke pasar.
Setibanya di pasar, dengan hati berdebar ia membuka perlahan bungkus tempenya dan ternyata tidak ada perubahan. Ia sangat sedih dan tak terasa iapun menangis. Sampai sore hari, ia merasa lapar karena belum makan. Di tengah kesedihannya, seorang ibu datang dan bertanya, “Pak, jual tempe yang belum jadi?” Rupanya ibu itu mencari tempe yang setengah jadi untuk dibawa bagi anaknya yang sedang studi di luar negeri. Ternyata Tuhan tetap menjawab doanya meski berbeda dari harapannya. (Md)
Apakah saya sungguh yakin akan doa dan menyerahkan sepenuhnya ke dalam penyelenggaraan Tuhan?
No responses yet