Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 02 Mei 2018
Kis 15:1-4
Mzm 122:1-5
Yoh 15:1-8
Keselamatan tidak otomatis
Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
– Yoh 15:1
Dalam Perjanjian Lama, kata “anggur” tidak memiliki konotasi yang baik. Nuh minum anggur lalu mabuk dan telanjang ke dalam kemahnya (Kejadian 9:20-21). Anggur membuat pertengkaran, keluh kesah, dan cidera (Amsal 23:29-30). Tuhan menganggap bangsa Israel sebagai pohon anggur liar (Yeremia 2:21). Sorak dan sorai dari kebun anggur tidak terdengar lagi (Yesaya 16:10). Tapi, mengapa Tuhan Yesus menyebut diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar?
Simbol anggur bermakna negatif, namun Yesus mengambil simbol itu untuk diri-Nya. Mungkin Yesus ingin mengatakan bahwa bangsa Israel tidak berarti adalah ranting dari pokok anggur yang benar, sehingga mereka juga tidak otomatis langsung masuk surga.
Benar bahwa Yesus yang wafat telah bangkit untuk menyelamatkan kita. Benar bahwa saat dibaptis, dosa kita telah dihapuskan. Benar bahwa setelah dibaptis kita termasuk dalam keluarga Kerajaan Allah. Namun, keselamatan itu haruslah dipelihara. Dalam Filipi 2:12, Paulus mengatakan, “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.”
Bagaimana cara kita memelihara keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan? Melalui KASIH. Kasihilah Allah dan sesama. Cara kita mengasihi Allah ialah dengan mau menyediakan waktu untuk-Nya melalui aktivitas membaca dan merenungkan Kitab Suci, menghadiri Ekaristi, dan meditasi. Mengasihi sesama kita wujudkan dengan bersedia mendengarkan dan membantu teman yang sedang kesusahan, berkata sopan, dan penuh pengendalian diri serta mau mendoakan orang lain.
Apakah saya mau memelihara keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya?
No responses yet