Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 20 Februari 2016
Ul 26:16-19
Mzm 119:1-2,4-5,7-8
Mat 5:43-48
KASIH
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang disorga adalah sempurna. – Mat 5:-48
Yesus mengajarkan agar kita hidup benar dan mengasihi musuh. Ketika Ia diludahi, diejek, dimusuhi, bahkan sampai disalib, Ia tidak membalas perbuatan jahat mereka, tapi berdoa bagi mereka (Luk 23:34). Mustahilkah kita melakukan hal itu? Tentu tidak, karena status kita adalah anak-anak Allah, mewarisi sifat dan karakter-Nya seperti yang dikatakan dalam 1Yohanes 4:8: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Jika Allah memanggil kita untuk hidup kudus, tentu saja Ia juga akan memberikan pertolongan yang akan memampukan kita.
Ketika saya merasa terintimidasi, perasaan tidak enak campur aduk di benak saya, hal ini membuat hati saya kurang fokus terhadap penyertaan Tuhan. Terlebih saat pelayanan di depan umat. Namun ketika saya renungkan, seharusnya saya tidak perlu merasa terintimidasi dengan perkataan/sikap buruk dari sekeliling saya. Yang perlu saya lakukan berdamai sekaligus memerangi pikiran saya sendiri dan terus hanya memikirkan bahwa Tuhan Maha Tahu dan Maha Kasih yang senantiasa memberikan rasa nyaman dan aman.
Perasaan lega yang luar biasapun saya rasakan saat hati terbuka dengan pengertian itu, sehingga pikiran-pikiran negatif yang menguasai mulai sirna dan damai sejahtera Tuhan mampu saya rasakan kembali.
Kejahatan tidak akan dapat ditaklukkan oleh kejahatan, tetapi kebaikan dan kasihlah yang mampu mengalahkan kejahatan. (In)
Bagaimana saya menanggapi panggilan kasih-Nya dengan tindakan nyata?
No responses yet