Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 20 Juli 2018
Yes 38:1-6,21-22,7-8
MT Yes 38:10-12,16
Mat 12:1-8
Tradisi atau nurani?
Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah,
namun tidak bersalah? – Mat 12:5
Saya pernah piknik bersama keluarga ke luar kota. Ibu saya selalu tahu saat anak-anaknya lapar dan minta berhenti di rumah makan. Tak heran, Yesus memilih jalan di ladang gandum, karena Ia tahu murid-murid-Nya kelaparan sehingga bisa memetik dan memakan bulir gandum itu. Saya yakin Yesus tahu tentang tradisi, namun Ia ingin menunjukkan bahwa Ia bukan “budak” tradisi.
Ada satu tradisi yang mengatakan bahwa sesudah melayat, kita harus mencuci muka sebelum masuk rumah dan mengganti pakaian sebelum masuk ke kamar tidur. Saya seringkali melayat pada malam hari setelah semua aktivitas hari itu selesai. Bisa dipastikan saya kembali ke rumah sudah larut malam. Namun saya tidak mencuci muka sebelum masuk rumah dan saya langsung ke kamar tidur serta mengganti pakaian di sana. Kenyataannya, saya tidak pernah merasa ada yang mengganggu saya atau ada hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi karena saya “melanggar” tradisi itu.
Marilah kita melakukan segala aktivitas kita dengan penuh kasih berdasarkan hati nurani. Saya teringat akan kata-kata indah yang pernah diucapkan Paus Fransiskus: Jika hati kita tertutup, jika hati kita terbuat dari batu, maka batu itu akan sampai ke tangan kita dan kita siap untuk melemparkannya kepada seseorang. (Yo)
Apakah selama ini saya hidup berdasarkan tradisi atau nurani?
No responses yet