Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 21 Januari 2017
Ibr 9:2-3,11-14
Mzm 47:2-3,6-9
Mrk 3:20-21
SO THANKFUL
Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. – Ibr 9:14
Mungkin setiap kita pernah merasakan menghadapi segala sesuatu seorang diri, atau semua yang kita lakukan terlihat selalu salah, atau kecewa terhadap diri sendiri karena belum memberi yang terbaik. Terkadang kita juga merasa keberadaan kita tidak berarti, tak ada yang perduli akan perasaan kita, dan bahkan merasa diri kita tak berkenan di hadapan-Nya.
Tanpa kita sadari, umumnya pikiran dan perasaan itu muncul karena adanya tembok pemisah antara kita dengan Tuhan. Tembok itu yang membuat kita tak dapat merasakan kasih-Nya. Salah satu tembok itu adalah dosa, yang membutakan kita dan membuat kita semakin berfokus pada diri sendiri. Hal ini membuat kita mengabaikan setiap uluran tangan kasih-Nya.
Ketika saya mengalami hal tersebut, rasanya begitu sulit untuk bangkit. Yang ada, perasaan itu semakin membuat saya terpuruk dan merasa tidak layak untuk menerima sapaan kasih-Nya. Hingga akhirnya saya menyadari bahwa selama ini saya hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Saya hanya mengeluh dan merasa lelah. Bacaan hari ini mengingatkan saya, bahwa Ia tidak pernah lelah untuk memperjuangkan kita yang berdosa. Ia selalu berusaha untuk melayakkan kita untuk kembali menyembah-Nya.
Terima kasih Bapa karena Engkau selalu membuka tangan-Mu lebar-lebar meskipun kami seringkali jatuh ke dalam dosa. (Cr)
Terima kasih Bapa atas kehadiran-Mu dalam hidupku. Bantu saya untuk dapat selalu hidup berkenan di hadapan-Mu.
No responses yet