Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 21 Januari 2025
Pw St. Agnes
Ibr 6:10-20
Mzm 111:1-2,4-5,9,10
Mrk 2:23-28
Pelaku Aktif
“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” – Mrk 2:27
Mertua dari kerabatku berkomentar, ”Kalau ke gereja harus bersih, mandi dan pakai baju yang rapi! Tuhan mana mau dekat sama kamu yang bau-bau langsung ke gereja.” Perasaan sedih dan marah berkecamuk seketika, lalu ingin menyeletuk,” Yang penting itu niat hati. Daripada orang yang kelihatan bersih, tetapi hatinya busuk.” Namun, aku hanya bisa tersenyum manis mendengar celotehannya. Sebagai umat Katolik, aku diingatkan untuk memberikan waktu terbaik bagi-Nya. Bukan sekedar teori belaka, tetapi pengaplikasiannya jauh lebih penting. Hadir dalam Ekaristi bukan semata-mata kewajiban, tetapi karena kerinduan untuk bertemu dengan-Nya. Berdoa juga bukan hanya rutinitas, tetapi kebutuhan untuk membangun relasi dengan-
Nya. Semua dilakukan atas dasar kasih pada-Nya, bukan sebuah keharusan. Aku pun berusaha untuk menjadi pribadi yang antara tutur kata dan perbuatan selaras agar tidak menjadi batu sandungan. Aku terus berproses untuk konsisten dengan apa yang telah kujanjikan. Bukan berucap karena formalitas, tidak sekedar lips service ataupun janji-janji palsu, tetapi mewujudkannya dengan tindakan nyata dalam keseharianku. Tidak meminta orang lain melakukan, tetapi aku sendiri cuek-cuek saja. Tidak menyulitkan orang untuk menjalankannya, tetapi aku mengalihkan tugas tersebut. Tidak membebankan pada orang lain, tetapi aku lepas tangan. Aku harus menjadi pelaku aktif, bukan penutur aktif. (TL).
“Kebebasan bukan terkandung dalam tindakan-tindakan yang kita sukai, tapi ada pada hak kita saat mengerjakan sesuatu yang seharusnya.” – Paus Yohanes Paulus II –
Sudahkah aku menghadirkan Tuhan dalam keseharianku?
No responses yet