Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 21 Maret 2022
2 Raj 5:1-15a
Mzm 42:2-3; 43:3-4
Luk 4:24-30
Jangan Iri!
Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. – Luk. 4 : 26
Baru-baru ini wilayah kami mendapat tambahan satu anggota baru. Seorang ibu yang kost di daerah kami. Semula saya senang sekali. Anggota wilayah kami semakin banyak. Ibu ini tidak gaptek sehingga sering ikut zoomsaat wilayah kami mengadakan doa rosario bersama secara on line.
Sebelum rosario dimulai biasanya ada renungan singkat. Renungan ini dibawakan secara bergilir di antara umat. Tentu saja ada umat yang tidak mau membawakan renungan dan lebih memilih tugas yang lain seperti memilih lagu atau memimpin rosario. Beberapa kali saya diminta membawakan renungan dalam rosario. Saya bangga sekali. Saya cukup sombong dengan merasa renungan saya cukup bagus.
Suatu hari, ibu yang baru pindah ke wilayah kami diminta untuk membawakan renungan. Dia membawakan dengan tenang dan indah sekali. Banyak orang menjadi kagum terhadapnya. Sejak itu, ibu ini sering diminta untuk membawa renungan. Ini membuat saya menjadi iri. Saya merasa tersaingi. Mengapa Tuhan “memberkati” ibu yang baru itu lebih dari Tuhan “memberkati” saya? Saya lebih lama tinggal di daerah ini. Seharusnya Tuhan bisa membuat saya lebih baik daripada ibu itu.
Menyadari sikap iri ini membuat saya menjadi malu sendiri. Bukankah seharusnya saya merasa senang bahwa kini wilayah saya memiliki satu orang tambahan yang pandai membawakan renungan. Bukankah dalam pelayanan kita seharusnya saling mendukung bukan menghancurkan.
Saya segera mohon ampun kepada Tuhan atas sikap saya yang tidak pantas ini. Jangan sampai saya seperti orang Nazaret yang karena kesal atas kata-kata Yesus hingga akhirnya mau membunuh Yesus. (Yo).
Apakah saya iri terhadap orang lain yang pelayanannya lebih berhasil?
No responses yet