Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 22 Januari 2024
2 Sam 5:1-7,10
Mzm 89:20-22,25-26
Mrk 3:22-30
Iri Hati
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan :”Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” – Mrk 3:22.
Bagaimana bisa para ahli Taurat mengatakan hal tersebut setelah menyaksikan mukjizat yang dilakukan Yesus? Mereka menyaksikan dengan mata mereka sendiri betapa besar kuasa Allah lewat Yesus, namun rasa iri yang ada di dalam hati mereka membuat mata mereka tertutup sehingga mereka malah melakukan hujat dengan menyatakan hal tersebut berasal dari setan. Rasa iri dapat menutup mata kita dari kebenaran yang sudah sangat jelas. Iri hati juga menggiring kita untuk mencari celah keburukan orang lain, bahkan bisa jadi kita melakukan hal yang sama seperti para ahli Taurat itu, yakni memfitnah orang yang tidak bersalah.
Saat kita melihat ada orang lain mampu melakukan sesuatu yang lebih baik dari kita, mungkin ada perasaan iri hati muncul. Saat hal itu terjadi, apa yang kita lakukan? Apakah kita membenarkan rasa iri itu dengan memberikan fitnah pada orang lain? Ataukah, perasaan iri itu mengantar kita untuk mau memperbaiki diri?
Jika kita melihat orang lain lebih hebat dari kita, alangkah baiknya jika kita mau rendah hati dan belajar dari orang tersebut agar kita bisa melakukan sesuatu dengan sama baiknya atau bahkan bisa menjadi lebih baik dari orang tersebut. Terkadang belajar untuk melihat dan menerima kekurangan diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, kita harus belajar melakukannya agar bisa terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. (Me).
Apakah saya masih sering merasa iri terhadap kelebihan orang lain?
No responses yet