Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 22 Maret 2025
Mi 7:14-15,18-20
Mzm 103:1-4,9-12
Luk 15:1-3,11-32
Anak Sulung yang Terhilang
Tetapi ia berkata, ‘Ayah, ingatlah. Bertahun-tahun lamanya aku bekerja untuk Ayah dan belum pernah aku melanggar perintah Ayah. Meskipun begitu, Ayah belum pernah memberikan kepadaku seekor anak kambing pun supaya aku dapat bersukaria dengan sahabat-sahabatku. – Luk 15:29
Ketika kita membaca Injil hari ini tentang anak yang hilang, kita juga bisa melihat sisi yang lain bahwa sebetulnya yang hilang tidak hanya anak bungsu, namun anak sulung pun juga bisa dikatakan anak yang terhilang. Anak sulung ini tidak pernah melanggar perintah ayahnya dan setia melayaninya, namun ia tidak mengalami dan merasakan kebaikan ayahnya. Ia tidak seperti adiknya yang meminta warisan dan menghabiskan uang warisan itu dengan berfoya-foya. Inilah yang menjadikannya “terhilang‟ karena ia merasa dirinya lebih baik.
Saat adiknya kembali pulang ke rumah, ia tidak turut bersukacita, malah sebaliknya timbul perasaan iri dan emosi karena sikap ayahnya yang menyambut kepulangan adiknya. Ia menempatkan dirinya layaknya seorang upahan, yang layak menerima apresiasi dan balasan setelah berbuat banyak hal. Anak sulung ini tidak turut mengambil bagian dalam menikmati segala hal bersama-sama ayahnya.
Kadang kala kita bisa bersikap seperti anak sulung ini, yang menggerutu dan marah ketika ada hal yang tidak terjadi sesuai dengan harapan. Kita sejatinya harus menempatkan diri kita sebagai anak-Nya, dengan melakukan segala perintah-Nya dengan kasih tanpa mengharapkan balasan karena kita sudah dikasihi-Nya terlebih dulu. Kita sungguh memiliki Bapa Yang Maha Rahim, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang tidak bisa diukur dengan takaran manusia. Ingatlah, saat apa yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan, kita sungguh yakin bahwa Bapa memberikan yang terbaik dan segala anugerah-Nya adalah sempurna.(BW).
Tuhan, ampunilah dan terimalah saya kembali kepada-Mu.
No responses yet