Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 22 Mei 2108
Yak 4:1-10
Mzm 55:7-11,23
Mrk 9:30-37
Menjauhi pertengkaran
Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu?
Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? – Yak 4:1
Sumber pertengkaran dalam rumah tangga biasanya masalah uang, rasa cemburu, dan ketidakselarasan dalam menentukan prioritas. Sumber utama permusuhan dalam pekerjaan adalah rasa iri terhadap rekan kerja. Sumber pertikaian dalam persahabatan adalah rasa dikhianati. Sumber sengketa dalam gereja adalah keinginan untuk dihormati, dipuji, dan memperoleh kekuasaan. Jelaslah, sumber segala pertengkaran berasal dari keinginan daging (Galatia 5:19-21).
Sebagai manusia, kita menginginkan hidup yang tenang dan damai. Namun, gejolak dunia seringkali merampas kedamaian kita. Lalu, apa yang dapat kita lakukan agar hidup kita selaras dengan kehendak Tuhan dan menjauhi pertengkaran dengan sesama?
1. Tunduk kepada Allah. Bunda Maria adalah teladan yang sangat baik. Ia tunduk kepada Allah dengan berkata, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Lukas 1:38). Saat kita tunduk kepada Allah, Ia pasti mengganjar kita dengan sesuatu yang luar biasa.
2. Melawan iblis. Iblis menggoda kita melalui kelemahan kita. Ia tahu yang kita suka lakukan. Saat kita jatuh, iblis berusaha menguasai kita. Lawanlah iblis dengan cara setia membaca Kitab Suci, hidup doa yang baik, dan mempraktekkan firman-Nya dalam keseharian.
3. Serius terhadap dosa. Jangan meremehkan dosa dan menganggap dosa adalah hal yang biasa. Dalam Perjanjian Lama, imam membersihkan tangannya sebelum mempersembahkan korban. Ini melambangkan sikap batin kita yang berdosa dan mengakui bahwa kita berdosa, kemudian mengambil keputusan untuk menghentikan dosa itu. Dosa selalu merusak persekutuan kita dengan Allah dan menjadi sumber pertengkaran.
Menjauhi pertengkaran berarti mendekatkan diri kepada Allah. (Yo)
Bagaimana cara saya menjauhi pertengkaran?
No responses yet