Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 22 November 2024
St. Sesilia
Why 10:8-11
Mzm 119:14,24,72,103,111,131
Luk 19:45-48
Boleh Marah?
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. – Luk 19:45
Orangtua seringkali marah terhadap anak-anak, ketika tidak menurut dan nakal. Namun tak berselang lama, perasaan bersalahpun menghantui diri orangtua. Lalu bertanya-tanya, ”Bolehkah aku marah terhadap anak-anak? Sebetulnya wajar saja orangtua marah pada anak-anak asal untuk alasan jelas, tidak meledak-ledak, memukul serta melukai anak-anak.
Lewat perikop ini aku sebagai orangtua perlu belajar tegas, tetapi dengan penuh kelembutan secara bersamaan. Artinya tegas dalam mengajarkan norma-norma sosial dan keagamaan, tetapi tetap melakukannya dengan kasih sayang.
Ketika putraku protes karena merasa sering dimarah dan ditegur sedangkan kakak dan adik nya tidak maka dengan lembut aku menjelaskan. ”Ko, kamu coba perhatikan cici dan dedek bisa bertanggungjawab dalam menggunakan handphone, tetapi kamu mengabaikan aturan penggunaan handphone yang disepakati dan mereka juga belajar tanpa disuruh. Jadi kalau mama masih menegur/memperingatkan koko, itu tanda mama masih sayang dan peduli. Mama ingin koko bisa menjadi lebih baik karena koko adalah anak yang pintar.
Jadi tegurlah dengan kata-kata positif dan kasih, jadilah contoh model untuk anak, tenangkan diri sebelum marah serta minta buah roh kasih, kesabaran dan penguasaan diri sehingga dapat mendidik anak-anak menjadi anak-anak Ilahi dalam keluarga. (TL).
Mampukah aku mengontrol emosiku dalam mendidik anak-anak?
No responses yet