Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 24 November 2018
Why 11:4-12
Mzm 144:1-2,9-10
Luk 20:27-40
Kehidupan Kekal
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup. – Luk 20:38
Umumnya, ketakutan terbesar sebagian orang adalah kematian. Oleh karena itu dari zaman dulu, orang selalu berusaha untuk dapat hidup kekal.
Jika kita melihat peninggalan di Mesir, mayat diawetkan karena mereka percaya bahwa mereka akan hidup kembali. Itulah sebabnya dalam kubur mereka ditemukan harta yang bernilai fantastis. Atau di negeri China, ada peninggalan terbesar dari kubur-kubur raja dimana mereka membuat patung dari tanah liat yang menyerupai bentuk aslinya hanya untuk dikubur bersama raja. Mereka percaya bahwa mereka akan membawa harta dan kekuasaan mereka ke alam maut.
Sebagian besar orang mengakui bahwa mereka percaya ada kehidupan setelah kematian. Dalam iman Katolik, kita percaya bahwa kematian adalah kehidupan yang diubahkan. Artinya, gereja percaya bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian. Akan tetapi karena hal ini masih merupakan misteri, mereka jadi merasa tidak yakin.
Saya ingin mengajak kita untuk mempersiapkan diri. Kematian adalah suatu kepastian, hanya waktunya saja yang tidak kita ketahui dengan pasti. Janji Tuhan bahwa ada banyak tempat di surga yang sudah disediakan bagi kita yang setia kepada-Nya. Oleh karena itu, alih-alih kita menyibukkan diri dalam perdebatan tentang hal itu, lebih baik kita mempersiapkan diri agar layak dan pantas bertemu dengan Tuhan serta mempertanggungjawabkan iman dan perbuatan kita. (An)
Menurut saya, apakah kehidupan kekal itu? Apakah saya percaya?
No responses yet