Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 24 September 2018
Ams 3:27-34
Mzm 15:2-5
Luk 8:16-18
Be a Blessing
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. – Ams 3:27
Saya membaca bacaan hari ini dengan tersenyum. Bukan karena sesuatu yang lucu atau menggelikan, tetapi karena saya seperti dihadapkan pada sebuah cermin. Akhir-akhir ini saya mengalami dilema tentang berbuat baik. Entah mengapa, setelah mendengar atau membaca berita tentang perbuatan baik yang dibalas dengan kejahatan, saya jadi berpikir jika akan berbuat baik.
Salah satu cerita yang saya dengar adalah soal pengendara mobil yang memberikan uang kepada pengemis, yang ternyata malah merampoknya. Dilema itu semakin diperkuat ketika saya memberikan uang kepada ‘pak ogah’ (orang-orang yang membantu di putaran/persimpangan jalan), yang ternyata setelah menerima uang saya, malah tidak membantu saya. Sejak itu saya jadi ragu untuk berbuat baik.
Sering saya mengurungkan niat baik saya karena ketakutan yang belum pasti terjadi. Tetapi ketika kesempatan berbuat baik lewat, saya merasa menyesal.
Saya bersyukur, dilema itu tidak berlangsung lama karena Tuhan memberikan pesan lewat bacaan hari ini. Saya diteguhkan kembali untuk berbuat baik dan menjadi berkat-Nya bagi orang lain. Ketakutan dan bayang-bayangpun sirna seiring dengan janji-Nya yang selalu memberkati niat baik kita.
Terima kasih Tuhan untuk berkat yang Kau berikan dan memampukan untuk menjadi berkat bagi sesama, sehingga orang lain juga dapat merasakan kasih dan kebahagiaan seperti yang saya rasakan. (Cr)
Sudahkah saya menjadi berkat bagi orang lain?
No responses yet