Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 25 Agustus 2021
1Tes 2:9-13
Mzm 139:7-12
Mat 23:27-32
Apakah Saya Munafik?
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. – Mat 23:28
Seorang teman bercerita kalau awalnya ia tidak kenal Kitab Suci. Tidak membaca Kitab Suci terasa biasa. Tetapi dalam kesempatan, ia mengobrol dengan rekan kantor yang berbeda keyakinan dan ternyata sangat hafal ayat-ayat Alkitab. Spontan ia merasa tertantang. Sejak itu, ia mencari dan mengikuti kursus Kitab Suci. Setiap hari ia belajar Kitab Suci, dari kursus ataupun webinar-webinar. Ia berusaha menjadi “tanah yang subur”. Namun, nyatanya ia hanya mengisi pikiran, tetapi tidak mengisi hati. Sikapnya di rumah sering marah-marah, kurang sabar terhadap istri dan anak-anak. Hingga suatu saat ia merenung, ada yang kurang beres dalam dirinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘munafik’ berarti berpura-pura percaya atau setia pada agama, namun dalam hatinya tidak. Munafik adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Sharing teman di atas adalah salah satu contoh sikap munafik. Belajar Sabda Tuhan dengan penuh semangat namun tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap munafik ini berbahaya karena bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Untuk menghindari sikap munafik, kita perlu memiliki lebih banyak waktu untuk berdua saja dengan Tuhan. Memasukkan dan meresapkan Sabda Tuhan dalam hati, kemudian memohon bimbingan-Nya agar perbuatan dan sikap hati bisa berjalan beriringan. Ini adalah suatu proses yang terus-menerus terjadi seumur hidup. Jika kita setia menjalaninya, hidup kita akan penuh sukacita. (Yo)
Apakah saya masih bersikap munafik?
No responses yet