Bahasa Kasih 25 Februari 2023: Menghakimi

Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 25 Februari 2023

Yes 58:9b-14
Mzm 86:1-6
Luk 5:27-32

Menghakimi

“Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” – Luk 5:30.

Ada sebuah cerita, seorang ayah dan anak dalam perjalanan dari desa ke kota hendak membeli barang. Mereka pergi dengan menggunakan keledai. Karena sang Ayah melihat anaknya kecapean maka anaknya diminta untuk duduk diatas keledai. Lewatlah mereka didesa tetangga, dan menjadi perbincangan tentang anak yang tidak tahu diri, karena meminta ayahnya berjalan sementara anaknya menaiki keledai. Lalu Ayah memutuskan untuk menaiki keledai dan meminta anaknya berjalan, segera setelah masuk ke kampung yang lain menjadi bahan pembicaraan kembali dengan mengatakan Ayah yang menyiksa anak. Dengan menyuruh anak berjalan, sementara ayahnya naik keledai dengan santai. Karena tidak tahan mendengar omongan orang, akhirnya mereka menaiki keledai bersama-sama. Dan lewatlah mereka dikampung yang lain, dan terjadilah pembicaraan orang kampung yang mengatakan kedua orang tidak memiliki perasaan dengan membebani keledai untuk mereka berdua.

Saudara, dari cerita diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dimata orang selalu ada yang salah. Lalu kita mesti bagaimana? Melalui bacaan Injil hari ini, kita juga mendapati bahwa Yesus di cap sebagai kerabat para pendosa karena Yesus menghadiri makan malam bersama mereka. Tetapi mereka tidak tahu alasan Yesus untuk hadir disana.

Nah, pada saat kita membaca Injil kita ada di posisi yang mana? Apakah kita merasa sebagai orang yang sedang menjadi bahan pembicaraan ataukah kita yang sedang membicarakan orang lain? Stop lakukan itu, karena kita tidak tahu alasan orang tersebut melakukannya. Kalau kita yang sedang dibicarakan, berbahagialah karena kita terkenal sebab menjadi bahan pembicaraan, jadi teruslah berjalan jika kita tidak melakukan kesalahan. (An).

Apakah saya suka mengkritik tindakan orang lain?