Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 25 Juli 2016
2Kor 4:7-15
Mzm 126:1-6
Mat 20:20-28
JANJIKU
Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum? – Mat 20:22
Saat “jatuh cinta” kepada Tuhan, orang sering tanpa keraguan dan semangat tinggi berjanji akan mengikuti-Nya, apapun resiko dan pengorbanan yang harus dilakukan. Saya pernah berharap dapat menjadi martir. Saya ingat sekali saat sharing dengan sekelompok mahasiswa, saya mengungkapkan bahwa saya berharap cara saya meninggal dapat menjadi kesaksian bagi orang banyak akan Tuhan.
Pada satu titik, setiap kita harus menjawab pertanyaan Tuhan di atas: Dapatkah kamu meminum cawan-Ku? Ketika kita menjawab “ya, saya sanggup”, kita memberikan total komitmen kita kepada Tuhan. Dari kesanggupan kita inilah pelayanan kita mendapat arti yang murni dari kata “melayani”. Bukan lagi dengan motivasi untuk dihormati seperti kedua rasul, tetapi dimurnikan menjadi “mengikuti Tuhan dalam pemberian hidup-Nya”.
Tetapi cara kita memberikan hidup kepada Tuhan tidaklah sama. Setelah menjawab “ya”, Santo Yakobus mendapatkan kehormatan untuk memberikan hidupnya menjadi martir yang pertama dari antara para rasul. Ia tidak takut akan kematian, dan menjadi satu-satunya Rasul yang tetap menemani Yesus pada penyaliban, menepati janji untuk minum cawan Tuhan juga. Kontrasnya, menurut tradisi, ia satu-satunya rasul yang tidak menjadi martir. Tetapi Santo Yohanes memberikan hidupnya dengan mewartakan dan menuliskan Injil yang sangat dalam mengupas Teologi dari Tuhan. (Pt)
Kapan saatnya saya merefleksikan pertanyaan Tuhan “Dapatkah kamu meminum cawan-Ku?”?
No responses yet